Candi Singosari ditemukan sekitar tahun 1803 oleh Nicolaus Engelhard. Sejak saat itu, Candi Singosari mendapat perhatian orang Eropa. Pada tahun 1804 dilakukan pemindahan arca - arca dari reruntuhan candi. Kemudian, arca - arca tersebut dibawa ke Belanda pada tahun 1819.

Candi Singosari dibangun atas keputusan Dewan Pertimbangan Agung (Sapta Prabu) yang terdiri dari tujuh raja yang perintahnya disampaikan oleh Tribuwanatunggadewi Maharaja Jayawisynuwarddhana kepada Mahamenteri Rakrian Empu Mada untuk mendirikan candi bagi mahabrahmana, kepala agama Siwa-Budha, mantan mahapatih yang gugur bersama Prabu Kertanegara. Pelaksanaanpembangunan candi diserahkan kepada Patih Jinordhana.

Berdasarkan bunyi piagam tersebut, dapat disimpulkan bahwa Candi Singosari merupakan peninggalan Majapahit dibawah kepemimpinan Tribhuwanatunggadewi. Pembangunan candi dimaksudkan untuk memperingati jasa dan kesetiaan mantan Patih Singosari, Pu Raganatha atau Sang Ramapati yang gugur bersama Prabu Kertanegara ketika terjadi serangan dari Gelanggelang di bawah pimpinan Jayakatwang pada 1292 Masehi.

Diperkirakan Candi Singosari berlatar belakang Siwa-Buddha. Bagian-bagian candi sebagai berikut:

a. Atap Candi (arupadhatu)

Berbentuk piramida yang terdiri dari beberapa tingkat dan tiap tingkat dihias menara. Bagian atap telah runtuh. Saat ini tersisa tingkat pertama dan sebagian tingkat kedua dengan tinggi 2,50 meter. Tinggi bangunan candi saat ini adalah 14,10 meter.

b. Tubuh Candi (rupadhatu)

Berbentuk bujur sangkar dengan sisi berukuran 5,20 meter dan tinggi 4,85 meter. Tubuh candi kosong dan tidak ada ruangan utama. Relung pada keempat sisi pun kosong.

c. Kaki Candi (kamadhatu)

Terbuat dari batu andesit berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 8,8 meter dan tinggi 4,86 meter. Terdapat pintu masuk tanpa bingkai berhiaskan pahatan dan relief yang sangat sederhana yang menimbulkan dugaan bahwa Candi Singosari belum selesai dibangun.